Ternyata ada juga balapan motor yang mungkin kalau peserta dari Indonesia ikut, kemungkinan besar pasti menang. Kita memang pernah punya Doni Tata, Ananda Mikola atau Rio Haryanto yang sudah go international dalam ajang balap. Namun belum ada yang memberikan prestasi nomor satu tingkat dunia dalam olahraga balap yang digelutinya. Memang tingkat kompetisi yang berlangsung sangat ketat. Termasuk di dalamnya diperlukan dana investasi yang tidak sedikit. Diperlukan kejelian untuk bisa menghasilkan atlet yang bisa berhasil nomor satu tingkat dunia. Jadi jangan dulu memilih lomba balap MotoGP atau Formula One untuk dijadikan kesempatan berlomba bagi atlet negara kita.
Balapan yang saya maksudkan ini berlangsung di Lima, Peru, Amerika Selatan. Balapan yang berlangsung pada tanggal 5 Desember 2010 lalu ini berlangsung meriah. Balapan ini diperuntukkan untuk kendaraan mesin beroda tiga yang kalau di negara kita dikenal dengan sebutan bajaj. Kendaraan roda tiga yang di Peru sana disebut sebagai mototaksi ini dilombakan pada sirkuit khusus sepanjang satu kilometer. Lomba balap mototaksi ini diikuti peserta sebanyak 66 kendaraan. Mereka berlomba untuk mencapai garis finish yang pertama kali dan untuk dinobatkan sebagai pembalap mototaksi tercepat. Tengok salah satu gambar bajaj yang sedang berlaga itu.
Kendaraan roda tiga ini sebenarnya untuk kecepatan sangat tinggi relatif kurang stabil. Untuk kecepatan sedang terutama di jalur lalu lintas yang padat memang sangat luwes. Hal ini karena bentuknya yang kecil dan mudah untuk dikemudikan.
Bajaj sebenarnya adalah merek produsen kendaraan bermotor dari India. Tetapi di Indonesia mungkin karena produsen ini menjadi pemasok kendaraan roda tiga yang digunakan untuk kendaraan umum di Jakarta, maka jenis kendaraan itu lebih dikenal dengan sebutan Bajaj.
Jika tetap kekurangan atlet balap bajaj ini saya kira, comot saja salah satu pengemudi bajaj dari jalanan ibukota. Pengemudi bajaj dapat menjalankan kendaraan ini dengan atraksi meliuk-liuk di tengah kemacetan yang parah. Dengan bakat alaminya mereka untuk membalap, maka saya yakin mereka dapat menjadi kampiun untuk urusan balapan kendaraan roda tiga ini.
Sebagai hiburan, maka balapan bajaj juga bisa dicoba di Indonesia. Atraksi kebut-kebutan dengan saling salip akan membuat tontonan yang mengasyikan. Apalagi terlebih dengan suguhan sensasi asap yang menyembur dari knalpot kendaraan ini, serta suara hingar bingar mesin bajaj yang khas. Saya yakin akan mengundang penonton yang banyak.
Kalau di sirkuit di Lima itu dibuat sirkuit yang mengharuskan kendaraan jumping, maka pengemudi bajaj dari Indonesia sepertinya sudah terbiasa. Bakat alam mereka untuk melakukan slalom dan jumping di jalan raya ibukota yang berlubang saya kira sudah terasah. Jadi dijamin tidak ada kesulitan untuk menaklukan medan sirkuit serupa.
Mau dilakukan di sirkuit Sentul juga boleh tuh. Jika tidak diijinkan boleh juga dilakukan di lintasan jalan raya ibu kota, meniru sirkuit jalan raya di Monaco. Untuk sensasi lain boleh juga dilakukan pada malam hari yang meniru balapan malam hari seperti di balapan Singapura. Bisa dicoba nih….
Saking ngetopnya kendaraan ini sampai kemudian diangkat menjadi inspirasi sebuah sinetron berjudul “Bajaj Bajuri”. Sinetron yang mengangkat cerita sehari-hari dari keluarga penarik bajaj ini sempat ngetop beberapa tahun yang lalu. Jadi boleh saja kita kirim Bajuri untuk menjadi atlet balapan ini. Atau jika dia sudah terlalu tua boleh saja dipilih atlet penggantinya yakni Ucup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar